Sejarah BPP
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Gunung Putri, yang kini masuk dalam BPP Wilayah XI Kabupaten Bogor, lahir sebagai bagian dari kebijakan nasional tentang penguatan sistem penyuluhan pertanian. Sejak awal berdirinya, BPP ini berfungsi sebagai pusat koordinasi, komunikasi, dan edukasi bagi para petani di tingkat kecamatan.
Secara garis besar, sejarahnya dapat ditelusuri dari:
- Era 1970–1980-an – Pada masa itu, penyuluhan pertanian di Indonesia masih bernaung di bawah program “Bimas” dan “Inmas” (Bimbingan & Intensifikasi Massal). Penyuluh ditempatkan langsung di kecamatan untuk mendampingi kelompok tani.
- Tahun 1990–2000-an – Pemerintah memperkuat kelembagaan penyuluhan dengan membentuk Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di tiap kecamatan. Gunung Putri menjadi salah satu kecamatan strategis karena selain berkembang sebagai kawasan industri, masih terdapat basis pertanian rakyat, terutama hortikultura, palawija, dan perkebunan.
- Pasca UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (SP3K) – BPP semakin diposisikan sebagai “rumah bagi petani dan penyuluh”. Dari sinilah BPP Gunung Putri semakin jelas perannya sebagai penghubung antara petani, pemerintah, dan pasar.
- Restrukturisasi wilayah – Dalam perkembangannya, BPP Gunung Putri tidak hanya mengampu wilayah Gunung Putri, tetapi juga ditetapkan sebagai BPP Wilayah XI, yang membawahi 4 kecamatan: Citeureup, Gunung Putri, Klapanunggal, dan Cileungsi.
Kini, BPP Gunung Putri terus beradaptasi dengan kebutuhan zaman, termasuk memperkenalkan teknologi pertanian modern, digitalisasi penyuluhan, hingga kemitraan dengan swasta untuk meningkatkan kesejahteraan petani.