Berita >> Inovasi Sederhana ala Penyuluh: Alat Cek Unsur Hara “Pipa-Lampu” di BPP Wilayah XI Gunung Putri
Inovasi Sederhana ala Penyuluh: Alat Cek Unsur Hara “Pipa-Lampu” di BPP Wilayah XI Gunung Putri
Gunung Putri, 26 September 2025 — Dalam pertemuan rutin dua mingguan BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Wilayah XI Gunung Putri, suasana diskusi tidak hanya soal program dan evaluasi, tetapi juga inovasi teknis. Penyuluh pertanian yang bertugas di Kecamatan Citeureup, Nopitasari, S.T.P., memperkenalkan alat cek unsur hara sederhana buatan sendiri yang dirakit menggunakan pipa, kabel, lampu, dan sumber listrik. Alat ini mencuri perhatian peserta karena kemudahan dan potensi aplikasinya di lapangan, khususnya oleh para petani.
Apa itu dan bagaimana prinsip kerjanya?
Berdasarkan pengamatan di lapangan (foto), alat tersebut tampak berupa batang pipa sebagai gagang atau rangka, dengan sambungan kabel pada ujung bawahnya, lalu dihubungkan ke bohlam atau lampu di bagian atas supaya menyala ketika arus listrik mengalir melalui tanah atau media larutan.
Konsep “lampu menyala” sebagai indikator kesuburan atau kandungan unsur hara bukanlah sesuatu yang baru di kalangan inovasi pertanian sederhana. Salah satu referensi menyebut bahwa alat sederhana uji unsur hara (pengujian pupuk) menggunakan lampu pijar 100 watt bisa digunakan: apabila lampu menyala terang, dianggap kandungan unsur hara tinggi; jika redup atau tidak menyala, dianggap rendah atau kurang baik.
Metode seperti ini sering disebut metode resistif/konduktivitas sederhana: tanah atau larutan pupuk berfungsi sebagai media penghantar listrik. Jika listrik dapat mengalir cukup baik (karena banyak ion terlarut), maka arus mengalir ke lampu dan lampu menyala. Semakin banyak ion (unsur hara terlarut) → konduktivitas lebih tinggi → lampu bisa menyala lebih terang.
Beberapa catatan teknis terkait penggunaan metode ini:
- Kelembaban atau kelembapan tanah sangat berpengaruh. Tanah yang terlalu kering akan menahan konduktivitas rendah, sehingga lampu mungkin redup meskipun kandungan unsur hara ada.
- Kontak elektroda (kabel ujung) perlu bersih dan kontak baik agar arus dapat mengalir.
- Lama pengukuran harus diperhatikan — biasanya tunggu beberapa detik agar arus stabil.
- Karena ini alat sederhana, hasilnya bersifat kualitatif atau semi-kuantitatif (indikatif), bukan pengukuran ilmiah dengan presisi tinggi.
- Pengukuran sebaiknya diulang beberapa kali untuk menghindari kesalahan karena gangguan atau fluktuasi.
Beberapa kajian modern juga mengembangkan detektor unsur hara portabel berbasis sensor (N, P, K, pH, konduktivitas) yang memberikan data lebih kuantitatif secara real time. MDPI+1 Namun, untuk skala penyuluhan dan petani kecil, alat sederhana ini bisa menjadi jembatan awal agar petani mulai peka terhadap kondisi tanahnya.
Penerapan dalam Kegiatan BPP: Langkah dan manfaat
Dalam pertemuan yang dipandu oleh BPP Wilayah XI, langkah penggunaan dan fungsi alat ini dijelaskan sebagai berikut:
- Persiapan — Tanah atau larutan (contoh: larutan pupuk) diambil, dilarutkan dalam air jika diperlukan agar ion terlarut.
- Pemasangan — Ujung kabel alat ditancapkan ke dalam media uji (tanah atau larutan).
- Pemberian arus listrik — Sambungkan alat ke sumber listrik (stop kontak), sehingga lampu di bagian atas alat mendapatkan arus yang melewati media uji.
- Pengamatan — Cermati seberapa terang lampu menyala. Semakin terang → indikasi konduktivitas tinggi → indikasi unsur hara terlarut lebih banyak.
- Interpretasi dan tindak lanjut — Berdasarkan keterangan lampu (terang, sedang, redup), penyuluh dan petani bersama menentukan apakah perlu penambahan pupuk atau perbaikan tanah (misalnya pupuk organik, kandungan unsur mikro, dll).
Manfaat langsung dari penggunaan alat ini dalam pertemuan penyuluhan:
- Edukasi visual: Petani bisa melihat langsung “bagaimana tanah/larutan mereka menghantarkan listrik” dan diinterpretasikan sebagai unsur hara. Visualisasi ini memperkuat pemahaman abstrak tentang kesuburan tanah.
- Deteksi cepat: Tidak perlu menunggu analisis laboratorium, meskipun akurasi terbatas.
- Diskusi bersama: Hasil uji bisa menjadi percakapan langsung antara penyuluh dan petani tentang kondisi tanah mereka, rekomendasi pupuk, atau koreksi manajemen lahan.
- Aksesibilitas: Alat ini relatif murah dan sederhana, bisa dibuat sendiri oleh penyuluh atau petani terlatih.
Respon dan prospek dari petani
Dalam pertemuan tersebut, para petani yang hadir menyambut baik demonstrasi alat ini. Beberapa petani menyampaikan bahwa selama ini mereka “berpupuk asal-asalan” tanpa tahu kondisi tanahnya. Dengan alat ini, mereka berharap bisa tahu dulu kondisi tanah mereka sebelum memberi pupuk.
Respon positif ini penting karena seringkali inovasi sederhana gagal karena tidak relevan atau sulit diadaptasi. Namun, alat ini punya peluang besar untuk diterapkan di lapangan, terutama di wilayah pertanian skala kecil atau menengah, karena:
- Biaya rendah dibandingkan pengujian laboratorium.
- Kemudahan penggunaan setelah pelatihan sederhana.
- Fasilitator keputusan langsung di lapangan (penyuluh/petani).
- Potensi pengembangan — alat sederhana ini bisa disempurnakan ke versi semi-elektronik atau digital di kemudian hari.
Tentu saja, ada tantangan: hasilnya bukan pengukuran kuantitatif akurat; perlu kalibrasi agar hasil lampu (kecerahan) bisa dikaitkan dengan kadar unsur hara tertentu. Juga, kondisi tanah (kelembapan, pH, salinitas) bisa memengaruhi sinyal listrik.